Seorang karyawan mendapatkan telepon dari atasannya
untuk menyelesaikan sebuah tugas yang harus selesai satu jam lagi. Saat
batasan suatu pekerjaan akan datang, biasanya tidak ada pilihan lain
selain mengerjakannya dengan tergesa-gesa yang penting selesai. Karena
terlalu tergesa-gesa mengerjakannya, sang karyawan mengerjakannya dalam
waktu 20 menit dan langsung menemui atasannya tanpa mengecek lagi
pekerjaannya.
Ternyata, ada yang salah dari pekerjaan karyawan
tadi. Dia salah merekap berkas yang seharusnya direkap. Padahal
sebenarnya, tugas dari atasannya itu tidaklah begitu sulit. Sang atasan
pun dengan bijak memberikan nasihat kepada sang karyawan untuk tidak
tergesa-gesa dan mengerjakannya dengan tenang. Lalu memintanya untuk
mengerjakan lagi dengan sisa waktu 30 menit. Sang karyawan memulai lagi
pekerjaannya dengan tenang, dan ternyata memang tidak terlalu sulit.
Sang karyawan mengerjakannya dengan santai dan hanya butuh waktu 10
menit.
Si karyawan kembali menemui atasannya dan memberikan
tugasnya. Sang atasan pun tersenyum dan puas dengan pekerjaannya. Sang
atasan lalu memberitahukan bahwa mengapa ia memberikan batas waktu lama
padahal pekerjaan itu bisa diselesaikan dengan waktu singkat. Beliau
menjelaskan, beliau mendapatkan laporan dari karyawan yang lain bahwa
sang karyawan tadi sering mengerjakan banyak hal dengan tergesa-gesa.
Lalu kali ini, beliau ingin memberikan nasihat dan membuat sang karyawan
tidak lagi tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas.
Kisah sederhana
ini mengajarkan kepada kita. Tidak semua pekerjaan harus dikerjakan
dengan tergesa-gesa. Boleh saja dengan waktu cepat, tapi cepat berbeda
dengan tergesa-gesa. Seseorang yang mengerjakan dengan santai tentu ia
tidak sedang tergesa-gesa. Namun seseorang yang mengerjakan dengan cepat
biasanya sedang tergesa-gesa. Walaupun tidak semua yang cepat itu
tergesa-gesa.
Tergesa-gesa berbeda dengan bersegera. Sebagai
contoh ada dua orang yang diminta mengerjakan sebuah pekerjaan yang
harus diselesaikan dalam 7 hari. Orang pertama mengerjakannya langsung
esoknya sementara si orang kedua mengerjakan baru mau mengerjakannya
satu hari sebelum batas akhir. Ternyata, di satu hari sebelum batas
akhir tersebut ia harus mengerjakannya dengan tergesa-gesa sehingga ia
harus begadang semalaman. Sementara orang pertama bisa tidur dengan
nyenyak. Keesokan harinya mereka mengumpulkan tugasnya dan hasilnya
sama. Namun, orang pertama yang bersegera mengerjakan wajahnya terlihat
segar sementara yang terburu-buru wajahnya tampak pucat karena
kelelahan.
Sekilas, memang tergesa-gesa dan bersegera ini hampir
sama. Namun, kedua hal ini amatlah berbeda. Allah SWT juga menjelaskan
dalam al-Quran bahwa manusia telah dijadikan bersifat tergesa-gesa
“Manusia
telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan aku perlihatkan
kepadamu tanda-tanda (azab)-Ku. Maka, janganlah kamu minta kepada-Ku
mendatangkannya dengan segera.”(QS. al-Anbiya: 37)
Tafsir
ayat ini menurut tafsir yang dikeluarkan oleh DEPAG RI, Allah
menerangkan bahwa manusia dijadikan sebagai makhluk yang bertabiat suka
tergesa-gesa dan terburu nafsu. Di sini dapat kita lihat, bahwa Allah
melarang manusia untuk bersifat tergesa-gesa, meminta segera
didatangkannya sesuatu yang belum tiba saatnya, akan tetapi pasti
datangnya. Di samping itu, Allah menerangkan bahwa sifat tersebut sudah
dijadikan sebagai salah satu sifat pada manusia. Ini berarti, bahwa
walaupun sifat tergesa-gesa itu sudah dijadikan-Nya sebagai salah satu
sifat pada manusia, namun manusia diberinya kemampuan untuk menahan diri
dan melawan sifat tersebut. Lalu membiasakan diri dengan sifat
ketenangan dan kesabaran atau mawas diri.
Berbeda dengan bersegera, Allah SWT berfirman:
“Mereka
beriman kepada Allah dan Hari Penghabisan. Mereka menyuruh kepada yang
makruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan)
pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang shaleh.” (QS. Ali ‘Imran: 114)
Selain itu, dalam ayat yang lain,
“Mereka
itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah
orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. al-Mu’minun: 61)
Ayat
61 dari surat al-Mu’minun ini menegaskan bahwa orang-orang yang
mempunyai sifat-sifat tersebut -selalu bersegera berbuat kebaikan bila
ada kesempatan untuk itu dan selalu berdaya upaya agar amal baiknya
selalu bertambah-tambah-, ketika baru saja selesai melaksanakan amal
yang baik, maka ia ingin akan segera berbuat amal yang lain. Demikianlah
seterusnya.
Allah SWT memerintahkan kita untuk bersegera dalam
berbuat kebaikan, bukan tergesa-gesa. Karena tergesa-gesa biasanya
disertai nafsu. Sedangkan bersegera dikarenakan pemahaman untuk
bertindak. Karena itu, mari kita tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan
suatu hal dan bersegera untuk berbuat kebaikan. Walllahu A’lam. Semoga
Bermanfaat.