follow me

Senin, 23 Juni 2014

Segera Beda dengan Tergesa-gesa

 Seorang karyawan mendapatkan telepon dari atasannya untuk menyelesaikan sebuah tugas yang harus selesai satu jam lagi. Saat batasan suatu pekerjaan akan datang, biasanya tidak ada pilihan lain selain mengerjakannya dengan tergesa-gesa yang penting selesai. Karena terlalu tergesa-gesa mengerjakannya, sang karyawan mengerjakannya dalam waktu 20 menit dan langsung menemui atasannya tanpa mengecek lagi pekerjaannya.
Ternyata, ada yang salah dari pekerjaan karyawan tadi. Dia salah merekap berkas yang seharusnya direkap. Padahal sebenarnya, tugas dari atasannya itu tidaklah begitu sulit. Sang atasan pun dengan bijak memberikan nasihat kepada sang karyawan untuk tidak tergesa-gesa dan mengerjakannya dengan tenang. Lalu memintanya untuk mengerjakan lagi dengan sisa waktu 30 menit. Sang karyawan memulai lagi pekerjaannya dengan tenang, dan ternyata memang tidak terlalu sulit. Sang karyawan mengerjakannya dengan santai dan hanya butuh waktu 10 menit.
Si karyawan kembali menemui atasannya dan memberikan tugasnya. Sang atasan pun tersenyum dan puas dengan pekerjaannya. Sang atasan lalu memberitahukan bahwa mengapa ia memberikan batas waktu lama padahal pekerjaan itu bisa diselesaikan dengan waktu singkat. Beliau menjelaskan, beliau mendapatkan laporan dari karyawan yang lain bahwa sang karyawan tadi sering mengerjakan banyak hal dengan tergesa-gesa. Lalu kali ini, beliau ingin memberikan nasihat dan membuat sang karyawan tidak lagi tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas.
Kisah sederhana ini mengajarkan kepada kita. Tidak semua pekerjaan harus dikerjakan dengan tergesa-gesa. Boleh saja dengan waktu cepat, tapi cepat berbeda dengan tergesa-gesa. Seseorang yang mengerjakan dengan santai tentu ia tidak sedang tergesa-gesa. Namun seseorang yang mengerjakan dengan cepat biasanya sedang tergesa-gesa. Walaupun tidak semua yang cepat itu tergesa-gesa.
Tergesa-gesa berbeda dengan bersegera. Sebagai contoh ada dua orang yang diminta mengerjakan sebuah pekerjaan yang harus diselesaikan dalam 7 hari. Orang pertama mengerjakannya langsung esoknya sementara si orang kedua mengerjakan baru mau mengerjakannya satu hari sebelum batas akhir. Ternyata, di satu hari sebelum batas akhir tersebut ia harus mengerjakannya dengan tergesa-gesa sehingga ia harus begadang semalaman. Sementara orang pertama bisa tidur dengan nyenyak. Keesokan harinya mereka mengumpulkan tugasnya dan hasilnya sama. Namun, orang pertama yang bersegera mengerjakan wajahnya terlihat segar sementara yang terburu-buru wajahnya tampak pucat karena kelelahan.
Sekilas, memang tergesa-gesa dan bersegera ini hampir sama. Namun, kedua hal ini amatlah berbeda. Allah SWT juga menjelaskan dalam al-Quran bahwa manusia telah dijadikan bersifat tergesa-gesa
“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (azab)-Ku. Maka, janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.”(QS. al-Anbiya: 37)
Tafsir ayat ini menurut tafsir yang dikeluarkan oleh DEPAG RI,  Allah menerangkan bahwa manusia dijadikan sebagai makhluk yang bertabiat suka tergesa-gesa dan terburu nafsu. Di sini dapat kita lihat, bahwa Allah melarang manusia untuk bersifat tergesa-gesa, meminta segera didatangkannya sesuatu yang belum tiba saatnya, akan tetapi pasti datangnya. Di samping itu, Allah menerangkan bahwa sifat tersebut sudah dijadikan sebagai salah satu sifat pada manusia. Ini berarti, bahwa walaupun sifat tergesa-gesa itu sudah dijadikan-Nya sebagai salah satu sifat pada manusia, namun manusia diberinya kemampuan untuk menahan diri dan melawan sifat tersebut. Lalu membiasakan diri dengan sifat ketenangan dan kesabaran atau mawas diri.
Berbeda dengan bersegera, Allah SWT berfirman:
“Mereka beriman kepada Allah dan Hari Penghabisan. Mereka menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang shaleh.” (QS. Ali ‘Imran: 114)
Selain itu, dalam ayat yang lain,
“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. al-Mu’minun: 61)
Ayat 61 dari surat al-Mu’minun ini menegaskan bahwa orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut -selalu bersegera berbuat kebaikan bila ada kesempatan untuk itu dan selalu berdaya upaya agar amal baiknya selalu bertambah-tambah-, ketika baru saja selesai melaksanakan amal yang baik, maka ia ingin akan segera berbuat amal yang lain. Demikianlah seterusnya.
Allah SWT memerintahkan kita untuk bersegera dalam berbuat kebaikan, bukan tergesa-gesa. Karena tergesa-gesa biasanya disertai nafsu. Sedangkan bersegera dikarenakan pemahaman untuk bertindak. Karena itu, mari kita tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan suatu hal dan bersegera untuk berbuat kebaikan. Walllahu A’lam. Semoga Bermanfaat.

Sabtu, 21 Juni 2014

Berawal Dari Mimpi


Teruslah bermimpi , tapi jangan jadi pemimpi itu adalah salah satu dari kata mutiara yang akan selalu saya ingat. Betapa semua kesuksesan berawal dari mimpi. Dengan mimpi, kita menjadi lebih mengerti, bagaimana keadaan kita di masa depan. Dengan mimpi sebagai tujuan, kita dapat menentukan dari sekarang arah mana yang akan kita tuju untuk mencapai mimpi kita.Teruslah bermimpi, tapi jangan jadi pemimpi. Kata-kata yang sederhana tapi memiliki arti yang sangat dalam. Tatkala banyak orang yang terbuai dalam mimpi-mimpi yang mereka buat tanpa ingin bangun untuk mengakhiri mimpi tersebut. Mereka hidup di dunia nyata tapi kehidupannya tak sesuai dengan realitas yang ada.  Mereka bermimpi untuk hidup enak, menjadi orang kaya, punya mobil, punya rumah mewah tapi tak pernah ada usaha. Duduk bersantai tanpa ada gerakan untuk menjemput semua mimpi-mimpi itu.
Tak sedikit orang-orang yang merasa tak punya mimpi. Hidup mereka ibarat aliran air.  Mengikuti ke mana arus membawa mereka tanpa mereka bisa menahan atau memegang kendali arus tersebut.  Dari percakapan dengan seorang teman beberapa hari yang lalu, saat saya bertanya tentang mimpi, dia berkata bahwa dia tak memiliki mimpi dan merasa hidupnya sudah buntu. Katanya, di tempat dia bekerja, ada banyak masalah yang tak pernah henti. Untuk mencari pekerjaan yang baru, dia tak memiliki keberanian dan keyakinan. Dia terbentur masalah usia yang menurut saya itu hanyalah sebuah ketakutan yang tak beralasan.
Sungguh terasa menyesakkan, ketika saya baru menyadari apa arti dari kata-kata “Teruslah bermimpi, tapi jangan jadi pemimpi” justru masih ada orang di luar sana yang berkata bahwa ia tak memiliki mimpi.
Sebuah mimpi yang tak hanya terpikirkan di otak lalu menguap di udara. Tetapi mimpi yang merupakan suatu tujuan ingin seperti apa kita di masa depan. Mimpi, yang bukan sekedar bunga tidur yang hadir tanpa kita sadari tapi mimpi yang terjadi dari hasil keinginan dan cita-cita kita. Kemudian berusaha untuk mengejar mimpi itu.
Sebelum saya menyadari apa itu mimpi, belum terbayang dalam otak saya, hendak menjadi apa saya kelak. Apakah hanya sekedar singgah di dunia, lahir, dewasa, sekolah, kerja, nikah dan mati?? Tapi saya tak ingin hanya seperti itu. Hidup saya harus memiliki warna. Minimal warna untuk diri saya sendiri. Yang kelak dapat mewarnai hidup orang lain. Salah satu faktor yang membuat saya memiliki mimpi adalah mengamati lebih banyak, mendengar lebih banyak dan merasa lebih banyak. Saya mengamati orang-orang di sekeliling saya, mendengar hal-hal yang dapat membuat saya menjadi semangat dan lebih membuka mata hati. Saya juga membaca buku-buku yang membuat saya menjadi lebih terpacu untuk memiliki mimpi.
Dari buku yang pernah saya baca berjudul “the secret”, bahwa keadaan kita di masa depan, berasal dari pikiran kita di masa kini. Hendak jadi apa kita nanti, kita bisa memikirkannya dari sekarang. Ketika kita berfikir sukses maka akan kesuksesanlah yang akan kita dapat, juga sebaliknya. Karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Maka berusahalah untuk selalu berfikir positif tentang diri sendiri maupun orang lain. Setelah kita pikirkan, lalu kita lupakan. Bukan melupakan mimpi tapi berusaha bagaimana mewujudkannya tanpa pernah fokus ke tujuan tapi berusaha semaksimal mungkin meraihnya. Sedikit demi sedikit lebih baik dari pada tidak melakukan sama sekali. Dan sukses menurut saya adalah ketika saya dapat mengeluarkan potensi yang saya punya, dengan begitu perlahan saya akan menyenangi hal-hal yang saya lakukan. Lalu perlahan uang akan datang. Bukan menjadikan uang sebagai tujuan, tapi sarana untuk mencapai tujuan.
Salah satu mimpi saya adalah ingin menjadi penulis. Tak peduli bahwa tulisan saya bagus atau jelek. Yang saya lakukan adalah terus menerus menulis. Dengan begitu saya akan terbiasa menulis. Belajar tanpa henti. Seperti kutipan yang selalu saya ingat dari novel 5 cm karya Donny Dirghantoro yaitu, jika kamu mau menulis ya tulis aja. Jangan pernah mikir. Langsung nulis aja  jangan pakai mikir. Fase sekarang adalah fase saya untuk belajar dan terus belajar.
Saya amati, kebanyakan orang sudah terlanjur nyaman dengan kehidupan yang mereka jalani. Untuk berfikir mengenai perubahan, mereka merasa enggan. Karena merubah cara berfikir bukanlah suatu hal yang mudah jika telah terlena dengan kehidupan yang di anggap nyaman. Saya yakin, kebanyakan mereka memiliki potensi yang luar biasa. Karena sesungguhnya Allah telah menganugerahkan manusia dengan potensinya masing-masing. Lalu bagaimana manusia tersebut menggali dan mengembangkannya.
Dengan merubah cara berfikir dan berani bermimpi, maka kita akan bisa berjalan hendak ke mana. Bukan berjalan di tempat. Berusaha berbeda dengan mimpi kita. Karena kita semua bisa, jika kita berusaha. Berusaha untuk membuat bangga diri sendiri sebelum kita membuat orang lain bangga dengan kita. Karena Allah tak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum tersebut berusaha mengubahnya terlebih dahulu.
Wallahua’lam.